Bertarung Demi Menjadi King Of Kaliwungu


Pra Konferensi Anak Cabang IPNU Kaliwungu ke-24

"Penalty…penalty !!

Penalty….
Goal …gooalll !!
Horreee… gooall..gooall..Juara! Juara!!"

Itulah sorak sorai suporter dan penonton saat ada pelanggaran di kotak penalty, kemudian ada tendangan bebas dan Gooal…pemain sukses menyarangkan bola ke dalam gawang.

Penonton histeris, bernyanyi, dan berteriak-teriak mendukung tim futsal kesayangan yang telah menaklukan lawannya. Walau terlihat rame dan gaduh,semua berjalan tertib dan aman tanpa keributan , baku hantam maupun tawuran . Pemain dan penonton telah diinstruksikan oleh panitia agar tetap menjunjung tinggi fair play.

Ya, acara berjalan kondusif. Karena mereka semua adalah para Aktivis IPNU Kaliwungu yang berasal dari ranting dan komisariat, yang sedang bertanding futsal dalam rangka Pra Konferensi yang diselenggarakan untuk menyambut Gelaran Akbar Konferensi Anak Cabang (Konferancab) ke-24 IPNU Kecamatan Kaliwungu besok Selasa 17 Mei 2011.

Acara yang diselenggarakan oleh panitia Konferancab ke-24 IPNU Kaliwungu tersebut dilaksanakan pada Ahad 15 Mei di Gedung Serba Guna Pemerintah Desa Krajan kulon itu dimulai pukul 9 pagi dan selesai pukul 4 sore, diikuti oleh 10 peserta yang terdiri dari 7 Pimpinan Ranting (yakni ranting Kutoharjo, Krajan kulon, Mororejo, Nolokerto, Sumberejo, Sarirejo,dan Karang tengah) dan 3 Pimpinan Komisariat (komisariat SMP NU 03 Islam, Pon pes Miftahul Huda,dan Pon pes Bani Umar).

Dalam pertandingan kemarin meloloskan tim dari Mororejo, SMP NU 03 Islam, Karang tengah, dan Krajan kulon ke semifinal. Kemudian melangkah di final bertemu dua tim tangguh yang akan menjadi King of Kaliwungu yakni Mororejo dengan Krajan kulon. Pertandingan final berlangsung sengit, kedua tim saling jual beli serangan untuk mencetak sebanyak mungkin goal. Penonton dibuat deg-degan dan histeris oleh aksi-aksi mereka . Semua panas. Semua larut dalam euforia.

Dan akhirnya lahirlah juaranya, tim dari Mororejo yang nama resminya Mororejo United FC telah berhasil menumbangkan tim dari Krajan kulon dengan skor tipis 3-2. Untuk selanjutnya tim dari Krajan kulon mendapatkan juara ke-2, di ikuti tim dari SMP NU 03 Islam yang menjadi juara ke-3. Piala dan hadiah bagi pmenang akan diserahkan besok pada pelaksanan Konferancab ke-24 IPNU Kecamatan Kaliwungu.

Juara futsal ranting/komisariat IPNU se-Kaliwungu, Mororejo United,
saat berpose usai pertandingan.
“ Terima kasih untuk teman –teman semua atas do’anya sehingga IPNU Mororejo bisa menjadi juara 1 pada turnamen futsal Pra Konferensi IPNU Kaliwungu, sekali lagi terima kasih banyak.” Ujar rekan Bahrul Ulum selaku manager dari Mororejo United. Dan jadilah mereka tim futsal terhebat IPNU Kecamatan Kaliwungu tahun 2011. Selamat dan teruslah menjadi yang terhebat. (Atfal)

Pembekalan Aswaja di SMP Annidomiyah


Untuk mempersiapkan kader Nadhlatul Ulama lulusan sekolah yang mumpuni dan memiliki bekal ke-NU-an yang memadai, Yayasan Annidomiyah Wonorejo Kaliwungu bekerja sama dengan Pimpinan Anak Cabang IPNU-IPPNU Kaliwungu menggelar acara Pembekalan ke-NU-an bagi pelajar kelas 9 SMP Annidomiyah yang pada minggu kedua bulan Mei lalu telah selesai menempuh Ujian Nasional 2011. 

Acara pembekalan tersebut digelar pada hari Sabtu (14/5) lalu, dimulai pada pukul 08.00 dan ditutup pada pukul 14.00. 

Ada yang berbeda pada pembekalan ke-NU-an tahun ini, PAC IPNU-IPPNU mendesain acara dengan format yang baru dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pembekalan yang biasanya dilaksanakan dalam waktu tiga hari, pada tahun ini hanya digelar dalam sehari.

"Kondisi aktivis PAC sekarang ini memang agak sulit, karena mayoritas mereka adalah para pemuda yang sudah bekerja dan kuliah, tahun sebelumnya kami tidak maksimal menggarap pembekalan karena kekurangan tim fasilitator, untuk mengantisipasi itu, kami laksanakan dalam waktu sehari, dan alhamdulillah format seperti ini sangat efektif" ujar rekan Najibril Muhammad selaku ketua PAC. IPNU.


Dewan guru dan peserta pembekalan berpose bersama
PAC.IPNU-IPPNU Kaliwungu usai pembekalan
Kendati dilaksanakan hanya dalam waktu sehari, namun acara pembekalan berlangsung cukup meriah dan menyenangkan dengan difasilitasi oleh dua belas aktivis IPNU-IPPNU. Para siswa juga banyak disuguhi permainan dan role play yang sangat mengesankan. 

"kami sengaja banyak memasukkan permainan atau role play dalam pembekalan, karena dalam satu hari ini mereka dibekali empat materi, jadi kami ingin adik-adik tidak jenuh" tambah Najibril.

Selain itu, mengingat kondisi ranting Wonorejo yang beberapa tahun terakhir ini sedang dalam keadaan vacuum, PAC. IPNU IPPNU Kaliwungu mencoba menghidupkan kembali ranting Wonorejo dengan cara menggembleng para pelajar di SMP dan SMA Annidomiyah di Wonorejo yang merupakan tumpuan harapan bagi IPNU-IPPNU ke depan.

"kami akan ngopeni Annidomiyah secara serius, ini adalah program jangka panjang, diharapkan ketika mereka lulus dan berbaur di masyarakat, mereka lah yang akan menjadi aktivis muda NU di ranting Wonorejo" tegas Najibril.


Melalui pembekalan di sekolah-sekolah tersebut, nilai-nilai Nadhlatul ulama dapat terus diwariskan melalui proses regenerasi yang kontinyu dan secara serius dilaksanakan, terlebih lagi di kondisi sekarang di mana anak muda dihadapkan pada persoalan ideologi agama yang demikian gencar. (Amalia)


Gus Dur Wali (7)


Bagaimana Gus Dur Bisa Ikuti Diskusi Meski Tertidur 

Salah satu keheranan publik atas Gus Dur adalah kebiasaannya tertidur dalam sebuah diskusi, tetapi begitu gilirannya untuk bicara atau menjawab pertanyaan, ia dengan lancar menyampaikan pendapatnya, seolah-olah dengan tekun mendengarkan pembicaraan sebelumnya.

Kebiasaan tidur di sembarang tempat ini memang tampaknya sudah dari sononya. Dalam biografi yang ditulis oleh Greg Barton, diceritakan, saat masih kecil ketika tinggal di Matraman Jakarta Pusat, Gus Dur pernah tertidur diatas pohon sehingga terjatuh dan menyebabkan tangannya patah. 

Lalu bagaimana penjelasan atas kemampuan Gus Dur untuk tetap bisa mengikuti pembicaraan meskipun tertidur. Kelompok rasionalis berpendapat Gus Dur bisa tetap mengikuti pembicaraan karena ia banyak membaca dan ingatannya kuat sehingga tiba waktunya berbicara, ia tinggal nyambung saja. Thesis ini bisa diuji, silahkan dicoba, tidur di sebuah acara dimana anda memiliki kompetensi dan kemudian apa anda bisa tetap mengikuti dinamika diskusi atau malah gelagapan?

Dari pendekatan ilmiah, terdapat sebuah penelitian yang dipublikasi dalam Proceeding National Academy of Sciences yang dilakukan oleh tim dari Universitas of Florida menemukan bahwa bayi mampu belajar dan berfikir dalam kondisi tertidur.

Dana Byrd, peneliti dari University of Florida menunjukkan bayi yang tertidur membuatnya mampu menyerap informasi seperti spons data. Bersama rekan-rekannya, ia menguji kemampuan belajar bayi baru lahir dengan mengulang nada yang diikuti oleh hembusan lembut dari udara ke kelopak mata. Setelah sekitar 20 menit, 24 dari 26 bayi menyipitkan kelopak mata bersama-sama ketika nada itu terdengar tanpa embusan udara.

Jenis pembelajaran seperti ini tak dilihat di ranjang orang dewasa. Pertanyaannya, apakah Gus Dur tetap memiliki kemampuan seperti ini, yang tak hilang sejak ia dilahirkan?

Sementara itu pendekatan spiritual adalah adanya wali yang memiliki kebiasaan aneh, yaitu suka sekali tidur dan ketika terbangun, ia banyak menceritakan hal-hal aneh diluar kemampuan manujsia biasa. Wali jenis ini yang sangat terkenal adalah Tgk Ibrahim Woyla dari Woyla Aceh Barat. Gus Dur pernah menerima kunjungannya dan ia sangat menghormati tamu ini (baca. Gus Dur Wali (10). Pertanyaannya, apakah Gus Dur sebenarnya juga wali dengan kategori yang sama? 

Umar Wahid, adik Gus Dur yang juga seorang dokter tak bisa menilai dan menjelaskan apakah kemampuan Gus Dur untuk tetap bisa mengikuti pembicaraan saat tertidur ini secara rasional, apalagi spiritual. 

“Saya berpendapat ini merupakan salah satu kelebihan yang diberikan Allah, saya tak bisa berkomentar apakah ini tanda kewalian atau bukan,” katanya

Penulis: Mukafi Niam (Dirilis dari NU Online)

Sejarah IPNU-IPPNU (7)


Konbes yang dilaksanakan tepat 10 bulan 16 hari setelah deklarasi pendirian IPPNU ini memiliki arti penting untuk menentukan dan menyempurnakan langkah-langkah IPPNU ke depan dan lebih mengkongkritkan rencana kerja untuk kelancaran dan kemajuan organisasi selanjutnya.(14) Ketua Umum PP Muslimat NU, Ny. Mahmudah Mawardi, yang hadir dalam pembukaan konbes bahkan menyatakan:


"... kebangkitan pelajar-pelajar putri NU ini saya artikan sebagai "renaissance" daripada geraknya kaum putri yang didorong oleh gelora jiwa yang ingin dinamis dan disinari oleh api keramat daripada semboyan itu ..." (15)

Sementara itu, Ketua Umum PP IPNU, M. Tolchah Mansoer, dalam acara yang sama mengatakan:

"Hanyalah satu yang setiap orang harapkan dari IPPNU, semoga tidak silau oleh intelektualisme dan berarti hal ini tidak melupakan dasar-dasar pokok agama, dan pula adalah kewajiban tiap mereka yang beragama Islam untuk memegang teguh ajaran itu, sebagai syuhada' alannaas menjadi saksi, menjadi ukuran, menjadi kriterium. Bagaimana ukuran bisa benar, kalau alat pengukurnya juga ikut hanyut ?" (16) 

Konbes ini dihadiri oleh sekitar 30 cabang yang semuanya berasal dari pulau Jawa.(17) Konbes ini menghasilkan beberapa keputusan penting, diantaranya:
1. Pembentukan Pimpinan Pusat yang berkedudukan di Surakarta yang terdiri dari Basyiroh Saimuri, Umroh Machfudzoh, dan Syamsiah Muthoyib, masing-masing sebagai Ketua Umum, Ketua I dan Sekjen PP IPPNU. Sedangkan departemen-departemen dalam PP terdiri atas departemen-departemen pendidikan/pengajaran, penerangan, kesenian dan olahraga, kader dan sosial.
2. Pengesahan perubahan redaksional Anggaran Dasar
Dalam AD tercantum tujuan organisasi IPPNU adalah kembang dan tegaknya agama Islam, kesempurnaan nilai pendidikan dan pengajaran agama Islam, terjaminnya ukhuwah pelajar putri ahlussunnah wal jama'ah.
3. Pengesahan Anggaran Rumah Tangga.
Pada ART ini ditetapkan bahwa muktamar diadakan oleh PP IPPNU setiap dua tahun kecuali jika ada permintaan dari setengah jumlah cabang-cabang yang ada ditambah satu untuk memajukan atau mengundurkannya. 
4. Pengesahan lencana (insigne) IPPNU.
Lencana yang disahkan berbentuk segitiga yang berarti iman, Islam dan ihsan. Di dalamnya memuat bintang sembilan sebagaimana pada lambang NU yang bermakna, empat buah bintang melambangkan Al-Qur'an, Hadits, Ijma' dan Qiyas. Empat buah bintang lainnya melambangkan khulafa'ur rasyidin/madzhab empat dan satu bintang yang paling besar melambangkan Rasulullah SAW. Dua bulu dan dua buku menuntut anggota-anggota IPPNU agar mempelajari pengetahuan agama dan pengetahuan umum dengan aktif membaca dan menulis. Sedangkan dua bunga melambangkan perpaduan antara putri-putri pondok pesantren dan putri-putri pelajar umum.
5. Pembentukan Perwakilan Pimpinan Pusat (P3) IPPNU di Jakarta.
6. Pembuatan serangkaian resolusi sekitar pendidikan, kesenian, kebudayaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelajar (khususnya putri), untuk disampaikan kepada PB Ma'arif NU dan pemerintah.(18)


Upaya Mempertahankan Eksistensi Pasca Konbes

Meskipun tidak semeriah Muktamar I IPNU di Malang setahun sebelumnya, muktamar I IPPNU yang diadakan di Surakarta memberikan semangat baru bagi para pelajar putri, bahwa mereka mampu bekerja sebagai organisasi yang berdiri sendiri. Tahun-tahun sesudah muktamar Surakarta ini masih banyak diwarnai dengan upaya pembentukan cabang-cabang baru dan konsolidasi organisasi ke dalam. 

Tak ubahnya dengan Dewan Harian, PP IPPNU mengirimkan surat kepada cabang-cabang Muslimat, Ma'arif, dan IPNU di seluruh Indonesia untuk turut serta membantu mengusahakan berdirinya IPPNU di daerah masing-masing tersebut. 

Surat-surat ini mendapat sambutan yang sangat baik, sehingga dalam waktu singkat saja telah bertambah cabang-cabang dalam jumlah yang cukup banyak. Dalam harlah yang pertama, IPPNU pada waktu itu telah memiliki beberapa cabang di luar Jawa yaitu Sumatera, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Nusatenggara.(19) Hal ini tentu tidak terlepas dari upaya gigih para pengurus Pimpinan Pusat serta kerja sama yang baik dari bapak-bapak di jajaran cabang-cabang Nahdlatul Ulama dan badan otonom lainnya. 

Pada peringatan harlah pertama IPPNU bulan Maret 1956 yang bersamaan dengan diadakannya peringatan Isra' Mi'raj, PP mengadakan peninjauan ke cabang-cabang yang berada di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Sedangkan di Jawa Barat tidak diadakan kunjungan karena baru terbentuk satu cabang yaitu Bandung. Kunjungan ini membuahkan hasil yang menggembirakan, bahkan di Kalimantan Selatan sekaligus terbentuk enam cabang. Ketika diadakan muktamar NU ke-21 di Medan bulan Desember 1956, PP IPPNU mendapat kesempatan mengikuti atas tanggungan PP Muslimat NU. PP yang pada saat itu diwakili langsung oleh Basyiroh memanfaatkan kesempatan ini untuk mengadakan pembicaraan dengan utusan dari cabang-cabang Muslimat dan Fatayat tentang IPPNU. Pada prinsipnya, Basyiroh meminta agar mereka tidak keberatan untuk membantu pendirian IPPNU di daerah masing-masing.

Pada tanggal 21-27 Juli 1957, PP IPPNU mengadakan Kursus Kader yang pertama di kota Jombang, bersamaan dengan diadakannya muktamar Madaris Muallimin / Muallimat NU se-Indonesia di kota yang sama. Kursus kader itu diikuti oleh 60 orang peserta dari cabang-cabang di seluruh Indonesia. 

Pada masa itu, jika IPPNU mengadakan acara yang bersifat nasional sering dilakukan upaya menyatukan waktu dengan jadwal badan-badan otonom lain di lingkungan NU. Seperti telah disebutkan sebelumnya, hal ini jamak terjadi karena para pelajar putri belum terlalu berani mengadakan perjalanan sendiri ke luar kota sehingga harus didampingi oleh yang lebih tua. Terlebih lagi pandangan bapak-bapak di NU belum terlalu mendukung hal tersebut, seperti terungkap dalam pernyataan Umroh:

"... bagaimana nanti pendapat bapak-bapak di NU terhadap kami, mana bisa anak putri mau pergi sendirian saja tidak pakai muhrim ..." (20)

Pada tahun 1957 ini nama IPPNU semakin dikenal dengan pengiriman dua anggotanya yaitu Ghaniyah dan Sa'diyah Marwan (keduanya dari cabang Malang) pada acara Pekan Pemuda seluruh Indonesia di Surabaya.

Dalam rangka menjaga kesinambungan roda organisasi tercatat 2 kali sesudah konbes Surakarta IPPNU masih mengadakan kongres secara terpisah dari IPNU yaitu kongres kedua bulan Desember 1957 di Yogyakarta dan kongres ketiga tahun 1960 di Malang, Jawa Timur. 

Pada kongres di Yogyakarta, kembali Basyiroh ditetapkan sebagai Ketua Umum, dibantu oleh Zanifah sebagai Ketua I dan Lathifah Z. Mawardi sebagai Sekjen. Muktamar ini dihadiri oleh 60 cabang atau sekitar dua kali lipat dari muktamar pertama, sebuah bukti bahwa perkembangan IPPNU begitu pesat. Di sisi lain, keberadaan IPPNU yang tengah tumbuh itu masih menyisakan kesangsian akan mampunya organisasi pelajar-pelajar putri ini bertahan. Bahkan pada upacara pembukaan kongres kedua ini Menteri Agama RI, K.H.M. Ilyas sempat menyatakan:

"...saya sangsi sebelumnya apakah putra-putri kita akan bisa mengadakan/memimpin rapat/kongres, tetapi kesangsian saya kini lenyap ketika saya melihat resepsi pada malam ini..." (21)

Pada periode ini PP mengadakan Sekolah Kilat Guru Taman Kanak-kanak (SGTK) dan Kepanduan Putri di Surakarta di bawah asuhan Departemen Kader dan Departemen Penerangan yang masing-masing dijabat oleh Mahmudah Nachrowi dan Zamroh. 

Hasil dari sekolah kilat yang diikuti sekitar 20 peserta membuat IPPNU lebih dikenal karena kiprah alumninya yang terjun langsung sebagai guru di masyarakat. PP juga menerbitkan brosur organisasi di bawah pembinaan Departemen Penerangan. Meskipun demikian, dalam Berita Organisasi yang diterbitkan PP IPNU pada bulan Januari 1958 masih juga diberikan rubrik khusus mengenai IPPNU -sebuah kenyataan yang menunjukkan eratnya kerja sama antara dua organisasi termuda Nahdlatul Ulama ini.

-------------------------------------------------------------------------------------------
(14) Emma Wardatie, "Hari Ulang Tahun Berdirinya IPPNU: Mengapa IPPNU Berdiri ?", harian DUTA MASYARAKAT, 2 Maret 1956. Selanjutnya dikutip "Hari Ulang Tahun".

(15) Mahmudah Mawardi, Sambutan Ketua PB Muslimat NU, "Buku Kenangan Konperensi Besar Ikatan Peladjar Puteri Nahdlatul Ulama" seluruh Indonesia di Surakarta h. 9 (Surakarta: Panitia Konperensi Besar I, 1955). Selanjutnya dikutip sebagai "Konbes Surakarta".
(16) M. Tolchah Mansoer, Sambutan Ketua Umum PP IPNU, ibid. h. 4.
(17) Basyiroh Saimuri, surat kepada PP IPPNU tanggal 27 April 1965.
(18) "Konbes Surakarta" h. 11.
(19) "Hari Ulang Tahun".
(20) Umroh Machfudzoh, surat kepada PP IPNU tanggal 27 Juli 1956.
(21) "Berita Organisasi IPNU" No. 2/I/58 h. 8, Januari 1958.

Mencari Sekolahnya Manusia untuk Anak


Oleh : Sukasmo*
Melewati bulan Juni - Juli beberapa orang tua mulai ribut dengan urusan memilih sekolah untuk anak di jenjang manapun, untuk kemudian menetapkan strategi apa yang perlu dipersiapkan anak dan orang tuanya untuk masuk sekolah tersebut.

Betapa banyak sekolah yang mengaku favorit, dan menetapkan standar masuk yang tinggi kemudian terbukti tidak manusiawi dalam mendidik anak kita. Mulai dari SD sampai SMU. Anak kita yang di awal kehidupannya adalah seorang juara, dengan default factory setting bermodal mental climber, perlahan-lahan dirubah menjadi manusia setengah robot dengan hati dan mental yang kerdil, lewat pola ajar dalam kelas yang penuh derita. Berkat tekanan kognitif dipadu teacher talking time dan aktivitas kelas yang garing.

Pak Munif mengungkap fakta-fakta tersebut dalam seminar Mencari Sekolahnya Manusia. Maraknya tawuran dan meresahkannya perilaku remaja saat ini, adalah bentuk berontaknya jiwa-jiwa di dalam diri anak bangsa yang penuh tekanan, baik tekanan kognitif dari sekolah, pola asuh di rumah yang tidak mendukung plus pergaulan yang bermasalah.

Hasilnya, ketika genap pendidikan mereka di Perguruan Tinggi mereka jadi manusia pas-pasan, kalah saing di bursa tenaga kerja, tidak cukup kreatif, innovatif dan produktif untuk jadi pengusaha. Mentalnya kropos menghadapi kompetisi hidup dan gamang untuk melangkah. Walaupun pendidikan mereka terbilang tinggi, selesai S1 atau S2.

How Come..?? Bagaimana mungkin itu semua terjadi tanpa kita para ortu menyadarinya. Karena kita adalah murni hasil didikan sistem yang sama. Jadi kalau ada penolakan dari anak, baik dalam bentuk pemberontakan di dalam kelas, nilai-nilai yang tidak standar atau PR yang tidak diselesaikan, maka yang dianggap salah adalah anaknya. Ortu dengan serta merta berusaha memacu performance anak di kelas dengan segala cara yang ortu ketahui demi memompa prestasi belajarnya.

Tanpa pernah menggali dari pihak anak apa sih sebenarnya masalah dan kesulitan mereka, apa keinginan dan harapan mereka terhadap Guru, Kelas, Sekolah dan Ortunya. Kemudian berjuang memperbaiki habitat anak di sekolah dan di rumah agar anak bisa lebih bahagia dan produktif. Menurut Pak Munif umumnya sekolah yang ada saat ini hanya mampu menghasilkan genarasi Camper dan Quitter. Sungguh untuk membangun generasi Climber peran yang dilakoni sekolah pada umumnya harus direformasi. Karena sekolah berkualitas mengkontribusi 75% modal seorang Climber.

Menurut Pak Munif, apapun kondisinya anak kita tetap membutuhkan adaptasi dengan lingkungan pergaulan di sekolah, termasuk menghadapi tekanan kondisi yang tidak selalu sama dengan diri mereka dan pergaulan yang buruk. Alih-alih menjauhkan anak kita dari pergaulan yang buruk, sebaiknya anak kita dididik dengan Character Building yang baik, sehingga dapat menjadi agent of change dan mempengaruhi lingkungan yang buruk jadi lebih baik lewat kehadirannya.

Sekolah di Jakarta saja banyak yang belum siap dengan melesatnya kemampuan otak calon murid SD berkat berkembangnya stimulasi tumbuh kembang anak pada pola asuh di rumah dan konsep TK modern. Akibatnya menurut Mba Yanti DP, banyak alumni TKnya yang mengalami tekanan di SD akibat berkembangnya otak mereka melebihi kemampuan guru kelas 1 SD mengakomodasi. Ada alumni mulutnya dilakban karena kebanyakan bicara (protes dan mengajukan pertanyaan kritis). Ada juga yang diancam dengan gunting, karena tidak bisa duduk manis. Tidak heran Indonesia ada diperingkat keempat dari bawah dalam hal kualitas pendidikan dari 106 negara.

Maka seminar Pak Munif tentang tips mencari sekolahnya manusia penting untuk diperhatikan. Ada 8 poin yang harus dimiliki sebuah sekolah untuk disebut Sekolahnya Manusia yaitu :
1. Pendidikan di dalamnya mengintegrasi Jasmani dan Ruhani dengan Agama dan Akhlak, memiliki 60% muatan agama dalam koridor Character Building, yang masuk bersama-sama materi Umum. Agama bukan sebagai pelajaran bermuatan kognitif tapi lebih ke pengelolaan akhlak lewat Character Building.
2. Sekolah berperan sebagai Agent of Change, mampu mengubah kondisi awal siswa yang negatif menjadi positif. Cirinya sekolah ini tidak akan memakai perangkat serentetan tes masuk. Melainkan memakai Multiple Intelegence Research. Siapa saja diterima di sekolah ini, bukan hanya yang ‘dianggap’ bodoh dan nakal, tetapi juga yang dianggap memiliki keterbatasan fisik atau kemampuan otak seperti cacat fisik, CP, autis dsb.
3. Sekolah memiliki The Best Process dalam aktivitas kelas. Belajar dengan cara yang menyenangkan, 30% Teacher Talking Time, sisanya 70% siswa belajar dengan active learning. Learning Style = Teaching Style, hasilnya pelajaran jadi mudah dan menyenangkan. Jauhkan kesan kelas sebagai penjara terkejam, yang hanya mampu menghasilkan manusia bermental robot.
4. Sekolah memiliki the best teachers. Guru menjadi katalisator dasn fasilitator proses transfer knowledge yang asyik. Guru terhindar dari Virus 4T, penyebab Disteachia. Guru mampu membuat Lesson plan yang sesuai dengan learning style murid-muridnya.
5. Terjadi Active Learning. Siswa belajar dengan aktif tidak hanya secara pasif mau tidak mau harus mendengar guru. Hasilnya siswa tidak hanya TAHU APA, tapi juga tahu BISA APA. Menggunakan pendekatan strategi mengajar Multiple Intelegence sesuai kerja otak siswa.
6. Ada Applied Learning, sekolah mengaitkan materi belajar dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa tidak hanya belajar konsep abstrak tapi juga pembelajaran langsung diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.
7. Mengaplikasikan Pendekatan Multiple Intelegences dan penggunaan MIR, sebagai pemantik kreativitas anak, fasilitator tentang kebiasaan yang perlu dikembangkan ortu dan mempercepat anak menemukan kondisi akhir terbaik bagi dirinya. Bagi Guru MIR juga dapat dijadikan pijakan dalam pembuatan lesson plan.
8. Penilaian otentik diterapkan dalam setiap pengambilan nilai evaluasi hasil belajar. Ciri penilaian otentik adalah : 1.Soal berkualitas dan bisa dikerjakan siswa, 2.Sifatnya Ability Test bukan Disability Test, 3.Penilaian dapat digunakan untuk Discovering Ability, 4.Kemampuan anak dinilai berdasar perkembangannya dari waktu ke waktu, dan tidak membandingkannya dengan siswa lain, 5.Penilaian berbasis proses, bukan pada akhir pembelajaran seperta Ujian Akhir yang ada.

Kedengarannya, Sekolahnya Manusia is too good to be true.. Pasti akan muncul pertanyaan di mana adanya sekolah yang manusiawi ini. Apakah membutuhkan biaya yang besar untuk menyekolahkan anak-anak kita di sana..? Jawabannya silakan mencari tahu di wilayah anda adakah sekolah yang berciri di atas. Karena sekolah terbaik haruslah juga terjangkau dan dekat dari rumah.

Jika sudah terlanjur memasukkan anak di sekolah yang ada atau sekolah negeri apa akhir segalanya…? Tentu tidak, yuk kita tambal kebutuhan belajar anak dari rumah. Demi menjadikan mereka Life Long Learner sejati. Sambil perlahan-lahan membuka dialog dengan sekolah dan menularkan virus positif ini. Get Smarter Everyday..!!

*Penulis adalah Guru SMPN 2 Kaliwungu, tinggal di Sarirejo

Menjalin Persahabatan di Hangatnya Malam


Persiapan Konferensi Anak Cabang ke-24 IPNU Kaliwungu

Malam yang tenang dalam keremangan sinar rembulan berpayung langit hitam, para aktivis PAC IPNU Kec. Kaliwungu yang tergabung dalam kepanitiaan Konferensi Anak Cabang IPNU Kec. Kaliwungu Ke-24, tengah sibuk berdiskusi dan berdialog untuk merumuskan materi-materi yang akan disampaikan dalam gelaran akbar konferensi tersebut.

Tim perumus yang merupakan kolaborasi dari pengurus harian PAC IPNU Kaliwungu dengan para Pembina yang telah ditunjuk sebagai Steering Committee (SC/Panitia pengarah) dalam kepanitiaan konferensi begitu menikmati suasana malam yang penuh keakraban dan persahabatan tersebut. Walau mereka berbeda argumen dalam tiap-tiap point materi yang disampaikan, tapi canda gurau dan gelak tawa tak pernah hilang dalam forum malam itu. 

Acara yang dilaksanakan Jum’at malam 7 Mei 2011 bertempat di rumah rekan Suselo kampung Blandong desa Kutoharjo dan diramaikan dengan sajian bakaran ikan laut itu begitu mengumbar rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Rekan Ali Nurruddin sebagai koordinator SC sangat demokratis dalam menerima segala masukan teman-teman dan bijak dalam memutuskan kesepakatan demi kebaikan dan kemajuan organisasi kebanggaan kita yakni PAC IPNU Kec. Kaliwungu.

Acara yang berlangsung hingga tengah malam itu telah memutuskan beberapa poin penting yang tersusun dalam rancangan tata tertib konferensi dan rancangan komisi-komisi yang terdiri dari komisi organisasi dan administrasi, komisi pokok program kerja, dan komisi rekomendasi. “acara malam ini begitu hangat dan berkesan juga sejenak mengusir penat kita dari segala kegundahan dan keluh kesah akan organisasi". Ujar rekan Zaenal Uhudin sebagai bentuk kehangatan jiwa di dekapan hangatnya keakraban malam itu. (Atfal)

LANGKAH


         
: untuk putriku

bismillah
langkahkan kakimu nak
ke cahaya itu
cahaya yang benderang
yang tak menyilaukan itu

langkahkan nak
setapak demi setapak
menapaki tangga-tangga suci
pegang erat
jangan sekali-kali kau lena

anakku
ambil impian indahmu

anakku
engkaulah
mutiara ...
biola ...
dan puisiku ...


kaliwungu, 20 juni 2010


by : bahrul ulum a. malik
email : langitkendal@gmail.com