Harapan Sebuah Doa



by: PR.IPNU-IPPNU Krajan Kulon Kaliwungu

Mahasempurna Engkau ya Rabbi, telah menjadikan dunia itu indah...
Mahaagung Engkau Illahi, yang menjadikan bidadari-bidadari cantik di muka bumi ini...
Mahasuci Engkau ya Rabbani, mampu merubah yang haram menjadi halal....

Sungguh, tak ada yang lebih Agung selainMu,
Tak ada yang lebih nikmat dibanding anugrahMu,
Tak ada yang lebih sempurna melainkan DzatMu,
Tak ada yang lebih nyata selain alam semestaMu,
Dan tak ada bidadari yang lebih cantik di dunia ini,
Melainkan bidadari-bidadari pilihanMu yang Kau persiapkan untuk hamba-hamba suci penghuni SurgaMu...

Aku Masih Sendiri


by: Bahrul Ulum A. Malik

AKU MASIH SENDIRI 
menanti dan menanti sesuatu yang tak pasti, FATAMORGANA 
hilang semua hilang, sebelum kumenemukan yang kucari 

AKU MASIH SENDIRI 
terpuruk dalam penantian langit yang bergemuruh 
laut yang membadai dan angin yang MENGHALILINTAR!!

ada yang berbisik curiga mematamatai mata HILANG JIWA
dan AKU TETAP MASIH SENDIRI
MENUNGGUMU ITU!!

11 Ramadhan 1432 H/ 11 Agustus 2011

IPNU-IPPNU Kaliwungu dan IRMAKA Siap Sukseskan Syiar Ramadhan


Ada yang berbeda pada Ramadhan kali ini. Ikatan Remaja Masjid Kaliwungu (IRMAKA)  tahun ini menggandeng IPNU-IPPNU Kaliwungu untuk menyukseskan program ramadhan yang diberi nama Syiar Ramadhan 1432 H. Pada pertemuan yang diadakan di kantor Yayasan Masjid Almuttaqin, Ahad (24/07) lalu, IRMAKA turut mengundang IPNU-IPPNU Kaliwungu dalam rangka rembug bersama terkait Syiar Ramadhan yang rencananya akan dikemas lebih menarik dan meriah.

Pada forum yang guyup tersebut, beberapa sesepuh dan aktivis NU juga turut hadir untuk memotivasi IRMAKA dan IPNU-IPPNU agar bisa saling bekerja sama. Beberapa yang hadir yaitu K.H. Fadlullah, Lukman, dan Mochammad Abbas.

Lukman yang merupakan aktivis NU yang berasal dari kalangan akademisi intelektual mengharapkan IRMAKA dan IPNU-IPPNU bisa merger dengan tujuan memajukan dan mengembangkan gairah intelektual dan organisasi di kalangan pemuda Kaliwungu. 

Lebih lanjut, K.H. Fadlullah juga mengharapkan agar komunikasi yang dulu kurang baik antara IRMAKA dan IPNU-IPPNU bisa terjalin dan diperbaiki diawali dengan kerjasama dua organisasi  tersebut dalam program Syiar Ramadhan. 

Forum koordinasi IRMAKA dan IPNU-IPPNU Kaliwungu pada hari itu menghasilkan kesepahaman baru dan poin-poin penting acara yang akan diadakan pada bulan Ramadhan. Di antaranya adalah tadarusan yang akan diadakan tiap hari dan Dialog Ramadhan yang akan diadakan tiap seminggu sekali dengan menghadirkan beberapa narasumber dari berbagai profesi.

Musyawarah yang berlangsung cukup hangat itupun ditutup dengan doa dan harapan-harapan cerah para sesepuh akan kemajuan baru dalam tradisi intelektual dan organisasi di kalangan pemuda maupun remaja di Kaliwungu. (aml)

Yang Terindah dari Karnaval Kaliwungu 2011


Cuaca siang itu begitu terik, matahari seolah enggan bersembunyi sebentar saja di balik mendung untuk sekadar memberikan waktu bagi orang-orang menikmati kesejukan. Suara-suara mulai ramai diperdengarkan, kemana saja kaki melangkah waktu itu, suara-suara yang begitu ramai akan selalu tertangkap oleh segenap warga Kaliwungu, ya, suara drum ditabuh, suara terompet, suara musik yang dimainkan grup-grup Drum Band dan suara-suara yang berasal dari peserta karnaval saling bersahutan. Setiap kampung mulai sepi warga, mereka memilih keluar menuju jalan raya di mana arak-arakan Karnaval Kaliwungu akan melewatinya. Tentu, siapa saja tak akan mau melewatkan momen yang sangat guyup itu.

Itulah suasana Kaliwungu menjelang perhelatan akbar: Karnaval Kaliwungu yang digelar setiap tahun dalam rangka menyambut bulan Ramadhan nan suci, hanya saja tahun ini karnaval diadakan juga dalam rangka memperingati agustusan. Setiap warga Kaliwungu sangat antusias untuk menyaksikannya.

Para aktvis muda NU yang tergabung dalam organisasi IPNU-IPPNU Kaliwungu rupanya tak mau ketinggalan bagian dalam perhelatan tersebut, sebagai ladang yang subur bagi islam ala Ahlussunah Wal Jamaah, Kaliwungu kiranya perlu mengusung identitas ke-NU-an yang sangat khas. 

FOTO by: Nauva Qonita
Dengan bumbu kreatifitas dan kebersamaan, para pemuda pemudi NU begitu bersemangat dalam mempersiapkan berbagai macam performance.

Persiapan sudah begitu matang, arak-arakan kontingen karnaval dari IPNU-IPPNU Kaliwungu pun menuju tempat start karnaval, terlihat begitu guyup, meriah, dan kreatif. 

Arak-arakan karnaval dari IPNU-IPPNU Kaliwungu terlihat guyup karena seluruh ranting turut bergabung dengan berbagai kreatifitasnya, yakni berupa kritik sosial dengan menampilkan peserta bertopeng Nazarudin, Nunun, dan Gayus. Selain itu juga kritik sosial atas problem TKI/TKW dengan menampilkan peserta yang berperan sebagai TKW yang hamil dan disiksa oleh majikannya. Dalam arak-arakan tersebut juga terdapat keranda mayat yang terdapat tulisan "TURUT BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA PEMERINTAHAN INDONESIA" sebagai wujud kritik bagi pemerintahan yang seolah-olah tidak ada ketika rakyat terkungkung dalam berbagai problem sosial.


Dalam rangka memeriahkan arak-arakan kontingen itu, IPNU-IPPNU Kaliwungu turut mengajak beberapa lembaga ataupun organisasi untuk dapat bergabung dalam arak-arakan tersebut, yakni tim rebana dari PK. IPNU-IPPNU Miftahul Huda dan tim Marching Bloenk dari Krajan Kulon. Arak-arakan pun kian terasa meriah.

Sebagai organisasi Islam yang sangat nasionalis, IPNU-IPPNU juga membawa berbagai slogan dan jargon menarik yang dituliskan di beberapa papan, di antaranya membawa pesan-pesan perdamaian, stop kekerasan, toleransi beragama, dan lain sebagainya.

Rupanya, karnaval yang dilaksanakan kamis (22/07) lalu merupakan ajang bagi PAC. IPNU-IPPNU Kaliwungu untuk mengekspresikan diri, tidak hanya dari sisi seni atau kreatifitas saja, tetapi merupakan refleksi ideologi, pesan perdamaian, dan kritik sosial yang menarik.
-----------------------------------------------------------
Dokumentasi Karnaval : (FOTO by : Nauva Qonita)




"Junjung Tinggi Toleransi Beragama"

"Perbedaan adalah Kekayaan Kita"

Perwakilan ranting IPNU-IPPNU

"Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Pemerintahan Indonesia"

Gayus, Nunun, dan Nazarudin

"TKI ku sayang, TKI ku yang malang"






Bahrul Ulum Pimpin IPNU Kaliwungu


Kaliwungu, NU Online

Bahrul Ulum akhirnya terpilih menjadi ketua PAC IPNU kecamatan Kaliwungu periode 2011-2013  setelah dalam Konferancab IPNU Kaliwungu berhasil  mengumpulkan 7 suara dari 10 suara yang diperebutkan



Dalam Konferancab IPNU yang digelar di gedung MWC NU Kaliwungu belum lama ini, Bahrul Ulum unggul atas dua pesaingnya yaitu Samsul dan Muslihudin yang  masing-masing mendapatkan satu suara. Sementara satu suara dinyatakan rusak.



Ketua PC IPNU Kendal Fathurrahman Ma’ruf dalam sambutannya saat pembukaan Konferancab berharap peserta Konferancab IPNU bisa memilih ketua yang benar-benar amanah dan bisa bekerjasama dengan PC IPNU Kendal untuk membesarkan IPNU di Kendal.



Sementara itu proses pemilihan ketua yang dipimpin oleh sekretaris PC IPNU Kendal, Eko Septianto, berjalan relative lancar tidak ada kendala yang berarti. Dukungan mayoritas ranting yang diberikan kepada Bahrul Ulum menjadikan ia  terpilih secara aklamasi, mengingat dua pesaingnya tidak memenuhi syarat untuk maju ke babak berikutnya.

(dari Website PBNU / Fahroji Roji)

Ideologi Aswaja Tak Sekedar Bicara Fikih, Tapi Juga Ekonomi


Kaliwungu, NU Online

Pimpinan Anak Cabang  Ansor Kaliwungu, menggelar sarasehan bertema “Revitalisasi Konsepsi Aswaja di Kalangan Generasi Muda NU,” . Acara yang digelar sebagai rangkaian kegiatan Konferensi Anak GP Ansor itu dilaksanakan pada  Kamis, 2 Juni 2011.



Bertidak sebagai Narasumber dalam kegiatan tersebut adalah KH Ubaidullah Shodaqoh katib syuriyah PWNU Jawa Tengah dan KH Muhammad Mustamsikin, SAg., MSI, wakil bupati Kendal yang juga mantan Ketua MWC NU Kaliwungu



Pada kesempatan itu Mustamsikin menyatakan Kaliwungu merupakan basis kader-kader NU yang berpotensi.”Saya menjadi Wakil Bupati Kendal periode 2010-2015 ini karena telah lama memahami ideologi aswaja yang dikembangkan Mbah Hasyim Asy’ari dan selalu saya praktekkan dalam kehidupan sehari-hari”. ”Sebenarnya ideologi aswaja yang dikembangkan NU tidak hanya sebatas fiqih empat madzhab saja, tetapi juga pada masalah ekonomi, sosial kemasyarakatn dan politik,” katanya.



Ketua PAC GP Ansor, Ibnu Fikri dalam sambutanya mengatakan, bahwa penguatan nilai-nilai aswaja pada generasi Muda NU merupakan hal yang amat penting untuk dilakukan. Memang selama ini konsep Ahlussunah wal Jamaah sebagai ideologi organisasi NU masih belum banyak difahami oleh generasi muda NU. Selain itu, upaya penguatan nilai-nilai aswaja ini diharapkan dapat membendung gerakan radikalisme seperti NII yang akhir-akhir ini marak terjadi pada generasi muda.
Fikri menambahkan, pada akhir jabatannya sebagai ketua Ansor Kaliwungu ini berharap agar kader-kader Ansor Kaliwungu tetap memegang teguh prinsip ideologi aswaja dan tidak terseret dalam kepentingan-kepentingan pragmatis. Ansor Kaliwungu harus menjunjung tinggi etika terhadap induk organisasinya,yaitu MWC NU Kaliwungu,” tegasnya.



Sementara itu, dalam paparannya KH Ubaidullah menegaskan bahwa NU merupakan organisasi masa yang berakar pada garis ideologi moderat dengan latar belakang politis. Bangunan  ideologi NU berada ditengah-tengah antara ideologi liberal dan fundamental. Doktrin kader untuk menjadi orang yang berideologi moderat tidaklah gampang dan butuh waktu lebih dari 5 tahun.



Akan tetapi sebaliknya, untuk mengkader orang yang berideologi fundamental cukup dengan 3 bulan. Seseorang yang telah masuk dalam ideologi liberal akan lebih mudah disembuhkan, dari pada seseorang yang telah masuk dalam ideologi fundamental. Pasalnya, kecenderungan ideologi liberal lebih mengembangkan potensi-potensi pemikiran.

(dari Website PBNU / Fahroji Roji) 

Rinduku Kuselipkan pada


rinduku
kuselipkan pada
kelopak mawar merah
yang tertata rapi
di setiap sudut keindahan

rinduku adalah
sekuntum mawar
menghias kamar mimpiku
bersama pot-pot doa

rinduku bersemayam tinggi
bertempat pada senyuman

rinduku
rindu atas kelopak mawar
harumi sela-sela renungku
pada sisi cintaMu


Kendal, 10 Syawal 1425 H

by : bahrul ulum a. malik
facebook.com/ulum.langitkendal

Bertarung Demi Menjadi King Of Kaliwungu


Pra Konferensi Anak Cabang IPNU Kaliwungu ke-24

"Penalty…penalty !!

Penalty….
Goal …gooalll !!
Horreee… gooall..gooall..Juara! Juara!!"

Itulah sorak sorai suporter dan penonton saat ada pelanggaran di kotak penalty, kemudian ada tendangan bebas dan Gooal…pemain sukses menyarangkan bola ke dalam gawang.

Penonton histeris, bernyanyi, dan berteriak-teriak mendukung tim futsal kesayangan yang telah menaklukan lawannya. Walau terlihat rame dan gaduh,semua berjalan tertib dan aman tanpa keributan , baku hantam maupun tawuran . Pemain dan penonton telah diinstruksikan oleh panitia agar tetap menjunjung tinggi fair play.

Ya, acara berjalan kondusif. Karena mereka semua adalah para Aktivis IPNU Kaliwungu yang berasal dari ranting dan komisariat, yang sedang bertanding futsal dalam rangka Pra Konferensi yang diselenggarakan untuk menyambut Gelaran Akbar Konferensi Anak Cabang (Konferancab) ke-24 IPNU Kecamatan Kaliwungu besok Selasa 17 Mei 2011.

Acara yang diselenggarakan oleh panitia Konferancab ke-24 IPNU Kaliwungu tersebut dilaksanakan pada Ahad 15 Mei di Gedung Serba Guna Pemerintah Desa Krajan kulon itu dimulai pukul 9 pagi dan selesai pukul 4 sore, diikuti oleh 10 peserta yang terdiri dari 7 Pimpinan Ranting (yakni ranting Kutoharjo, Krajan kulon, Mororejo, Nolokerto, Sumberejo, Sarirejo,dan Karang tengah) dan 3 Pimpinan Komisariat (komisariat SMP NU 03 Islam, Pon pes Miftahul Huda,dan Pon pes Bani Umar).

Dalam pertandingan kemarin meloloskan tim dari Mororejo, SMP NU 03 Islam, Karang tengah, dan Krajan kulon ke semifinal. Kemudian melangkah di final bertemu dua tim tangguh yang akan menjadi King of Kaliwungu yakni Mororejo dengan Krajan kulon. Pertandingan final berlangsung sengit, kedua tim saling jual beli serangan untuk mencetak sebanyak mungkin goal. Penonton dibuat deg-degan dan histeris oleh aksi-aksi mereka . Semua panas. Semua larut dalam euforia.

Dan akhirnya lahirlah juaranya, tim dari Mororejo yang nama resminya Mororejo United FC telah berhasil menumbangkan tim dari Krajan kulon dengan skor tipis 3-2. Untuk selanjutnya tim dari Krajan kulon mendapatkan juara ke-2, di ikuti tim dari SMP NU 03 Islam yang menjadi juara ke-3. Piala dan hadiah bagi pmenang akan diserahkan besok pada pelaksanan Konferancab ke-24 IPNU Kecamatan Kaliwungu.

Juara futsal ranting/komisariat IPNU se-Kaliwungu, Mororejo United,
saat berpose usai pertandingan.
“ Terima kasih untuk teman –teman semua atas do’anya sehingga IPNU Mororejo bisa menjadi juara 1 pada turnamen futsal Pra Konferensi IPNU Kaliwungu, sekali lagi terima kasih banyak.” Ujar rekan Bahrul Ulum selaku manager dari Mororejo United. Dan jadilah mereka tim futsal terhebat IPNU Kecamatan Kaliwungu tahun 2011. Selamat dan teruslah menjadi yang terhebat. (Atfal)

Pembekalan Aswaja di SMP Annidomiyah


Untuk mempersiapkan kader Nadhlatul Ulama lulusan sekolah yang mumpuni dan memiliki bekal ke-NU-an yang memadai, Yayasan Annidomiyah Wonorejo Kaliwungu bekerja sama dengan Pimpinan Anak Cabang IPNU-IPPNU Kaliwungu menggelar acara Pembekalan ke-NU-an bagi pelajar kelas 9 SMP Annidomiyah yang pada minggu kedua bulan Mei lalu telah selesai menempuh Ujian Nasional 2011. 

Acara pembekalan tersebut digelar pada hari Sabtu (14/5) lalu, dimulai pada pukul 08.00 dan ditutup pada pukul 14.00. 

Ada yang berbeda pada pembekalan ke-NU-an tahun ini, PAC IPNU-IPPNU mendesain acara dengan format yang baru dan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pembekalan yang biasanya dilaksanakan dalam waktu tiga hari, pada tahun ini hanya digelar dalam sehari.

"Kondisi aktivis PAC sekarang ini memang agak sulit, karena mayoritas mereka adalah para pemuda yang sudah bekerja dan kuliah, tahun sebelumnya kami tidak maksimal menggarap pembekalan karena kekurangan tim fasilitator, untuk mengantisipasi itu, kami laksanakan dalam waktu sehari, dan alhamdulillah format seperti ini sangat efektif" ujar rekan Najibril Muhammad selaku ketua PAC. IPNU.


Dewan guru dan peserta pembekalan berpose bersama
PAC.IPNU-IPPNU Kaliwungu usai pembekalan
Kendati dilaksanakan hanya dalam waktu sehari, namun acara pembekalan berlangsung cukup meriah dan menyenangkan dengan difasilitasi oleh dua belas aktivis IPNU-IPPNU. Para siswa juga banyak disuguhi permainan dan role play yang sangat mengesankan. 

"kami sengaja banyak memasukkan permainan atau role play dalam pembekalan, karena dalam satu hari ini mereka dibekali empat materi, jadi kami ingin adik-adik tidak jenuh" tambah Najibril.

Selain itu, mengingat kondisi ranting Wonorejo yang beberapa tahun terakhir ini sedang dalam keadaan vacuum, PAC. IPNU IPPNU Kaliwungu mencoba menghidupkan kembali ranting Wonorejo dengan cara menggembleng para pelajar di SMP dan SMA Annidomiyah di Wonorejo yang merupakan tumpuan harapan bagi IPNU-IPPNU ke depan.

"kami akan ngopeni Annidomiyah secara serius, ini adalah program jangka panjang, diharapkan ketika mereka lulus dan berbaur di masyarakat, mereka lah yang akan menjadi aktivis muda NU di ranting Wonorejo" tegas Najibril.


Melalui pembekalan di sekolah-sekolah tersebut, nilai-nilai Nadhlatul ulama dapat terus diwariskan melalui proses regenerasi yang kontinyu dan secara serius dilaksanakan, terlebih lagi di kondisi sekarang di mana anak muda dihadapkan pada persoalan ideologi agama yang demikian gencar. (Amalia)


Gus Dur Wali (7)


Bagaimana Gus Dur Bisa Ikuti Diskusi Meski Tertidur 

Salah satu keheranan publik atas Gus Dur adalah kebiasaannya tertidur dalam sebuah diskusi, tetapi begitu gilirannya untuk bicara atau menjawab pertanyaan, ia dengan lancar menyampaikan pendapatnya, seolah-olah dengan tekun mendengarkan pembicaraan sebelumnya.

Kebiasaan tidur di sembarang tempat ini memang tampaknya sudah dari sononya. Dalam biografi yang ditulis oleh Greg Barton, diceritakan, saat masih kecil ketika tinggal di Matraman Jakarta Pusat, Gus Dur pernah tertidur diatas pohon sehingga terjatuh dan menyebabkan tangannya patah. 

Lalu bagaimana penjelasan atas kemampuan Gus Dur untuk tetap bisa mengikuti pembicaraan meskipun tertidur. Kelompok rasionalis berpendapat Gus Dur bisa tetap mengikuti pembicaraan karena ia banyak membaca dan ingatannya kuat sehingga tiba waktunya berbicara, ia tinggal nyambung saja. Thesis ini bisa diuji, silahkan dicoba, tidur di sebuah acara dimana anda memiliki kompetensi dan kemudian apa anda bisa tetap mengikuti dinamika diskusi atau malah gelagapan?

Dari pendekatan ilmiah, terdapat sebuah penelitian yang dipublikasi dalam Proceeding National Academy of Sciences yang dilakukan oleh tim dari Universitas of Florida menemukan bahwa bayi mampu belajar dan berfikir dalam kondisi tertidur.

Dana Byrd, peneliti dari University of Florida menunjukkan bayi yang tertidur membuatnya mampu menyerap informasi seperti spons data. Bersama rekan-rekannya, ia menguji kemampuan belajar bayi baru lahir dengan mengulang nada yang diikuti oleh hembusan lembut dari udara ke kelopak mata. Setelah sekitar 20 menit, 24 dari 26 bayi menyipitkan kelopak mata bersama-sama ketika nada itu terdengar tanpa embusan udara.

Jenis pembelajaran seperti ini tak dilihat di ranjang orang dewasa. Pertanyaannya, apakah Gus Dur tetap memiliki kemampuan seperti ini, yang tak hilang sejak ia dilahirkan?

Sementara itu pendekatan spiritual adalah adanya wali yang memiliki kebiasaan aneh, yaitu suka sekali tidur dan ketika terbangun, ia banyak menceritakan hal-hal aneh diluar kemampuan manujsia biasa. Wali jenis ini yang sangat terkenal adalah Tgk Ibrahim Woyla dari Woyla Aceh Barat. Gus Dur pernah menerima kunjungannya dan ia sangat menghormati tamu ini (baca. Gus Dur Wali (10). Pertanyaannya, apakah Gus Dur sebenarnya juga wali dengan kategori yang sama? 

Umar Wahid, adik Gus Dur yang juga seorang dokter tak bisa menilai dan menjelaskan apakah kemampuan Gus Dur untuk tetap bisa mengikuti pembicaraan saat tertidur ini secara rasional, apalagi spiritual. 

“Saya berpendapat ini merupakan salah satu kelebihan yang diberikan Allah, saya tak bisa berkomentar apakah ini tanda kewalian atau bukan,” katanya

Penulis: Mukafi Niam (Dirilis dari NU Online)

Sejarah IPNU-IPPNU (7)


Konbes yang dilaksanakan tepat 10 bulan 16 hari setelah deklarasi pendirian IPPNU ini memiliki arti penting untuk menentukan dan menyempurnakan langkah-langkah IPPNU ke depan dan lebih mengkongkritkan rencana kerja untuk kelancaran dan kemajuan organisasi selanjutnya.(14) Ketua Umum PP Muslimat NU, Ny. Mahmudah Mawardi, yang hadir dalam pembukaan konbes bahkan menyatakan:


"... kebangkitan pelajar-pelajar putri NU ini saya artikan sebagai "renaissance" daripada geraknya kaum putri yang didorong oleh gelora jiwa yang ingin dinamis dan disinari oleh api keramat daripada semboyan itu ..." (15)

Sementara itu, Ketua Umum PP IPNU, M. Tolchah Mansoer, dalam acara yang sama mengatakan:

"Hanyalah satu yang setiap orang harapkan dari IPPNU, semoga tidak silau oleh intelektualisme dan berarti hal ini tidak melupakan dasar-dasar pokok agama, dan pula adalah kewajiban tiap mereka yang beragama Islam untuk memegang teguh ajaran itu, sebagai syuhada' alannaas menjadi saksi, menjadi ukuran, menjadi kriterium. Bagaimana ukuran bisa benar, kalau alat pengukurnya juga ikut hanyut ?" (16) 

Konbes ini dihadiri oleh sekitar 30 cabang yang semuanya berasal dari pulau Jawa.(17) Konbes ini menghasilkan beberapa keputusan penting, diantaranya:
1. Pembentukan Pimpinan Pusat yang berkedudukan di Surakarta yang terdiri dari Basyiroh Saimuri, Umroh Machfudzoh, dan Syamsiah Muthoyib, masing-masing sebagai Ketua Umum, Ketua I dan Sekjen PP IPPNU. Sedangkan departemen-departemen dalam PP terdiri atas departemen-departemen pendidikan/pengajaran, penerangan, kesenian dan olahraga, kader dan sosial.
2. Pengesahan perubahan redaksional Anggaran Dasar
Dalam AD tercantum tujuan organisasi IPPNU adalah kembang dan tegaknya agama Islam, kesempurnaan nilai pendidikan dan pengajaran agama Islam, terjaminnya ukhuwah pelajar putri ahlussunnah wal jama'ah.
3. Pengesahan Anggaran Rumah Tangga.
Pada ART ini ditetapkan bahwa muktamar diadakan oleh PP IPPNU setiap dua tahun kecuali jika ada permintaan dari setengah jumlah cabang-cabang yang ada ditambah satu untuk memajukan atau mengundurkannya. 
4. Pengesahan lencana (insigne) IPPNU.
Lencana yang disahkan berbentuk segitiga yang berarti iman, Islam dan ihsan. Di dalamnya memuat bintang sembilan sebagaimana pada lambang NU yang bermakna, empat buah bintang melambangkan Al-Qur'an, Hadits, Ijma' dan Qiyas. Empat buah bintang lainnya melambangkan khulafa'ur rasyidin/madzhab empat dan satu bintang yang paling besar melambangkan Rasulullah SAW. Dua bulu dan dua buku menuntut anggota-anggota IPPNU agar mempelajari pengetahuan agama dan pengetahuan umum dengan aktif membaca dan menulis. Sedangkan dua bunga melambangkan perpaduan antara putri-putri pondok pesantren dan putri-putri pelajar umum.
5. Pembentukan Perwakilan Pimpinan Pusat (P3) IPPNU di Jakarta.
6. Pembuatan serangkaian resolusi sekitar pendidikan, kesenian, kebudayaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pelajar (khususnya putri), untuk disampaikan kepada PB Ma'arif NU dan pemerintah.(18)


Upaya Mempertahankan Eksistensi Pasca Konbes

Meskipun tidak semeriah Muktamar I IPNU di Malang setahun sebelumnya, muktamar I IPPNU yang diadakan di Surakarta memberikan semangat baru bagi para pelajar putri, bahwa mereka mampu bekerja sebagai organisasi yang berdiri sendiri. Tahun-tahun sesudah muktamar Surakarta ini masih banyak diwarnai dengan upaya pembentukan cabang-cabang baru dan konsolidasi organisasi ke dalam. 

Tak ubahnya dengan Dewan Harian, PP IPPNU mengirimkan surat kepada cabang-cabang Muslimat, Ma'arif, dan IPNU di seluruh Indonesia untuk turut serta membantu mengusahakan berdirinya IPPNU di daerah masing-masing tersebut. 

Surat-surat ini mendapat sambutan yang sangat baik, sehingga dalam waktu singkat saja telah bertambah cabang-cabang dalam jumlah yang cukup banyak. Dalam harlah yang pertama, IPPNU pada waktu itu telah memiliki beberapa cabang di luar Jawa yaitu Sumatera, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Nusatenggara.(19) Hal ini tentu tidak terlepas dari upaya gigih para pengurus Pimpinan Pusat serta kerja sama yang baik dari bapak-bapak di jajaran cabang-cabang Nahdlatul Ulama dan badan otonom lainnya. 

Pada peringatan harlah pertama IPPNU bulan Maret 1956 yang bersamaan dengan diadakannya peringatan Isra' Mi'raj, PP mengadakan peninjauan ke cabang-cabang yang berada di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Selatan. Sedangkan di Jawa Barat tidak diadakan kunjungan karena baru terbentuk satu cabang yaitu Bandung. Kunjungan ini membuahkan hasil yang menggembirakan, bahkan di Kalimantan Selatan sekaligus terbentuk enam cabang. Ketika diadakan muktamar NU ke-21 di Medan bulan Desember 1956, PP IPPNU mendapat kesempatan mengikuti atas tanggungan PP Muslimat NU. PP yang pada saat itu diwakili langsung oleh Basyiroh memanfaatkan kesempatan ini untuk mengadakan pembicaraan dengan utusan dari cabang-cabang Muslimat dan Fatayat tentang IPPNU. Pada prinsipnya, Basyiroh meminta agar mereka tidak keberatan untuk membantu pendirian IPPNU di daerah masing-masing.

Pada tanggal 21-27 Juli 1957, PP IPPNU mengadakan Kursus Kader yang pertama di kota Jombang, bersamaan dengan diadakannya muktamar Madaris Muallimin / Muallimat NU se-Indonesia di kota yang sama. Kursus kader itu diikuti oleh 60 orang peserta dari cabang-cabang di seluruh Indonesia. 

Pada masa itu, jika IPPNU mengadakan acara yang bersifat nasional sering dilakukan upaya menyatukan waktu dengan jadwal badan-badan otonom lain di lingkungan NU. Seperti telah disebutkan sebelumnya, hal ini jamak terjadi karena para pelajar putri belum terlalu berani mengadakan perjalanan sendiri ke luar kota sehingga harus didampingi oleh yang lebih tua. Terlebih lagi pandangan bapak-bapak di NU belum terlalu mendukung hal tersebut, seperti terungkap dalam pernyataan Umroh:

"... bagaimana nanti pendapat bapak-bapak di NU terhadap kami, mana bisa anak putri mau pergi sendirian saja tidak pakai muhrim ..." (20)

Pada tahun 1957 ini nama IPPNU semakin dikenal dengan pengiriman dua anggotanya yaitu Ghaniyah dan Sa'diyah Marwan (keduanya dari cabang Malang) pada acara Pekan Pemuda seluruh Indonesia di Surabaya.

Dalam rangka menjaga kesinambungan roda organisasi tercatat 2 kali sesudah konbes Surakarta IPPNU masih mengadakan kongres secara terpisah dari IPNU yaitu kongres kedua bulan Desember 1957 di Yogyakarta dan kongres ketiga tahun 1960 di Malang, Jawa Timur. 

Pada kongres di Yogyakarta, kembali Basyiroh ditetapkan sebagai Ketua Umum, dibantu oleh Zanifah sebagai Ketua I dan Lathifah Z. Mawardi sebagai Sekjen. Muktamar ini dihadiri oleh 60 cabang atau sekitar dua kali lipat dari muktamar pertama, sebuah bukti bahwa perkembangan IPPNU begitu pesat. Di sisi lain, keberadaan IPPNU yang tengah tumbuh itu masih menyisakan kesangsian akan mampunya organisasi pelajar-pelajar putri ini bertahan. Bahkan pada upacara pembukaan kongres kedua ini Menteri Agama RI, K.H.M. Ilyas sempat menyatakan:

"...saya sangsi sebelumnya apakah putra-putri kita akan bisa mengadakan/memimpin rapat/kongres, tetapi kesangsian saya kini lenyap ketika saya melihat resepsi pada malam ini..." (21)

Pada periode ini PP mengadakan Sekolah Kilat Guru Taman Kanak-kanak (SGTK) dan Kepanduan Putri di Surakarta di bawah asuhan Departemen Kader dan Departemen Penerangan yang masing-masing dijabat oleh Mahmudah Nachrowi dan Zamroh. 

Hasil dari sekolah kilat yang diikuti sekitar 20 peserta membuat IPPNU lebih dikenal karena kiprah alumninya yang terjun langsung sebagai guru di masyarakat. PP juga menerbitkan brosur organisasi di bawah pembinaan Departemen Penerangan. Meskipun demikian, dalam Berita Organisasi yang diterbitkan PP IPNU pada bulan Januari 1958 masih juga diberikan rubrik khusus mengenai IPPNU -sebuah kenyataan yang menunjukkan eratnya kerja sama antara dua organisasi termuda Nahdlatul Ulama ini.

-------------------------------------------------------------------------------------------
(14) Emma Wardatie, "Hari Ulang Tahun Berdirinya IPPNU: Mengapa IPPNU Berdiri ?", harian DUTA MASYARAKAT, 2 Maret 1956. Selanjutnya dikutip "Hari Ulang Tahun".

(15) Mahmudah Mawardi, Sambutan Ketua PB Muslimat NU, "Buku Kenangan Konperensi Besar Ikatan Peladjar Puteri Nahdlatul Ulama" seluruh Indonesia di Surakarta h. 9 (Surakarta: Panitia Konperensi Besar I, 1955). Selanjutnya dikutip sebagai "Konbes Surakarta".
(16) M. Tolchah Mansoer, Sambutan Ketua Umum PP IPNU, ibid. h. 4.
(17) Basyiroh Saimuri, surat kepada PP IPPNU tanggal 27 April 1965.
(18) "Konbes Surakarta" h. 11.
(19) "Hari Ulang Tahun".
(20) Umroh Machfudzoh, surat kepada PP IPNU tanggal 27 Juli 1956.
(21) "Berita Organisasi IPNU" No. 2/I/58 h. 8, Januari 1958.

Mencari Sekolahnya Manusia untuk Anak


Oleh : Sukasmo*
Melewati bulan Juni - Juli beberapa orang tua mulai ribut dengan urusan memilih sekolah untuk anak di jenjang manapun, untuk kemudian menetapkan strategi apa yang perlu dipersiapkan anak dan orang tuanya untuk masuk sekolah tersebut.

Betapa banyak sekolah yang mengaku favorit, dan menetapkan standar masuk yang tinggi kemudian terbukti tidak manusiawi dalam mendidik anak kita. Mulai dari SD sampai SMU. Anak kita yang di awal kehidupannya adalah seorang juara, dengan default factory setting bermodal mental climber, perlahan-lahan dirubah menjadi manusia setengah robot dengan hati dan mental yang kerdil, lewat pola ajar dalam kelas yang penuh derita. Berkat tekanan kognitif dipadu teacher talking time dan aktivitas kelas yang garing.

Pak Munif mengungkap fakta-fakta tersebut dalam seminar Mencari Sekolahnya Manusia. Maraknya tawuran dan meresahkannya perilaku remaja saat ini, adalah bentuk berontaknya jiwa-jiwa di dalam diri anak bangsa yang penuh tekanan, baik tekanan kognitif dari sekolah, pola asuh di rumah yang tidak mendukung plus pergaulan yang bermasalah.

Hasilnya, ketika genap pendidikan mereka di Perguruan Tinggi mereka jadi manusia pas-pasan, kalah saing di bursa tenaga kerja, tidak cukup kreatif, innovatif dan produktif untuk jadi pengusaha. Mentalnya kropos menghadapi kompetisi hidup dan gamang untuk melangkah. Walaupun pendidikan mereka terbilang tinggi, selesai S1 atau S2.

How Come..?? Bagaimana mungkin itu semua terjadi tanpa kita para ortu menyadarinya. Karena kita adalah murni hasil didikan sistem yang sama. Jadi kalau ada penolakan dari anak, baik dalam bentuk pemberontakan di dalam kelas, nilai-nilai yang tidak standar atau PR yang tidak diselesaikan, maka yang dianggap salah adalah anaknya. Ortu dengan serta merta berusaha memacu performance anak di kelas dengan segala cara yang ortu ketahui demi memompa prestasi belajarnya.

Tanpa pernah menggali dari pihak anak apa sih sebenarnya masalah dan kesulitan mereka, apa keinginan dan harapan mereka terhadap Guru, Kelas, Sekolah dan Ortunya. Kemudian berjuang memperbaiki habitat anak di sekolah dan di rumah agar anak bisa lebih bahagia dan produktif. Menurut Pak Munif umumnya sekolah yang ada saat ini hanya mampu menghasilkan genarasi Camper dan Quitter. Sungguh untuk membangun generasi Climber peran yang dilakoni sekolah pada umumnya harus direformasi. Karena sekolah berkualitas mengkontribusi 75% modal seorang Climber.

Menurut Pak Munif, apapun kondisinya anak kita tetap membutuhkan adaptasi dengan lingkungan pergaulan di sekolah, termasuk menghadapi tekanan kondisi yang tidak selalu sama dengan diri mereka dan pergaulan yang buruk. Alih-alih menjauhkan anak kita dari pergaulan yang buruk, sebaiknya anak kita dididik dengan Character Building yang baik, sehingga dapat menjadi agent of change dan mempengaruhi lingkungan yang buruk jadi lebih baik lewat kehadirannya.

Sekolah di Jakarta saja banyak yang belum siap dengan melesatnya kemampuan otak calon murid SD berkat berkembangnya stimulasi tumbuh kembang anak pada pola asuh di rumah dan konsep TK modern. Akibatnya menurut Mba Yanti DP, banyak alumni TKnya yang mengalami tekanan di SD akibat berkembangnya otak mereka melebihi kemampuan guru kelas 1 SD mengakomodasi. Ada alumni mulutnya dilakban karena kebanyakan bicara (protes dan mengajukan pertanyaan kritis). Ada juga yang diancam dengan gunting, karena tidak bisa duduk manis. Tidak heran Indonesia ada diperingkat keempat dari bawah dalam hal kualitas pendidikan dari 106 negara.

Maka seminar Pak Munif tentang tips mencari sekolahnya manusia penting untuk diperhatikan. Ada 8 poin yang harus dimiliki sebuah sekolah untuk disebut Sekolahnya Manusia yaitu :
1. Pendidikan di dalamnya mengintegrasi Jasmani dan Ruhani dengan Agama dan Akhlak, memiliki 60% muatan agama dalam koridor Character Building, yang masuk bersama-sama materi Umum. Agama bukan sebagai pelajaran bermuatan kognitif tapi lebih ke pengelolaan akhlak lewat Character Building.
2. Sekolah berperan sebagai Agent of Change, mampu mengubah kondisi awal siswa yang negatif menjadi positif. Cirinya sekolah ini tidak akan memakai perangkat serentetan tes masuk. Melainkan memakai Multiple Intelegence Research. Siapa saja diterima di sekolah ini, bukan hanya yang ‘dianggap’ bodoh dan nakal, tetapi juga yang dianggap memiliki keterbatasan fisik atau kemampuan otak seperti cacat fisik, CP, autis dsb.
3. Sekolah memiliki The Best Process dalam aktivitas kelas. Belajar dengan cara yang menyenangkan, 30% Teacher Talking Time, sisanya 70% siswa belajar dengan active learning. Learning Style = Teaching Style, hasilnya pelajaran jadi mudah dan menyenangkan. Jauhkan kesan kelas sebagai penjara terkejam, yang hanya mampu menghasilkan manusia bermental robot.
4. Sekolah memiliki the best teachers. Guru menjadi katalisator dasn fasilitator proses transfer knowledge yang asyik. Guru terhindar dari Virus 4T, penyebab Disteachia. Guru mampu membuat Lesson plan yang sesuai dengan learning style murid-muridnya.
5. Terjadi Active Learning. Siswa belajar dengan aktif tidak hanya secara pasif mau tidak mau harus mendengar guru. Hasilnya siswa tidak hanya TAHU APA, tapi juga tahu BISA APA. Menggunakan pendekatan strategi mengajar Multiple Intelegence sesuai kerja otak siswa.
6. Ada Applied Learning, sekolah mengaitkan materi belajar dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa tidak hanya belajar konsep abstrak tapi juga pembelajaran langsung diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.
7. Mengaplikasikan Pendekatan Multiple Intelegences dan penggunaan MIR, sebagai pemantik kreativitas anak, fasilitator tentang kebiasaan yang perlu dikembangkan ortu dan mempercepat anak menemukan kondisi akhir terbaik bagi dirinya. Bagi Guru MIR juga dapat dijadikan pijakan dalam pembuatan lesson plan.
8. Penilaian otentik diterapkan dalam setiap pengambilan nilai evaluasi hasil belajar. Ciri penilaian otentik adalah : 1.Soal berkualitas dan bisa dikerjakan siswa, 2.Sifatnya Ability Test bukan Disability Test, 3.Penilaian dapat digunakan untuk Discovering Ability, 4.Kemampuan anak dinilai berdasar perkembangannya dari waktu ke waktu, dan tidak membandingkannya dengan siswa lain, 5.Penilaian berbasis proses, bukan pada akhir pembelajaran seperta Ujian Akhir yang ada.

Kedengarannya, Sekolahnya Manusia is too good to be true.. Pasti akan muncul pertanyaan di mana adanya sekolah yang manusiawi ini. Apakah membutuhkan biaya yang besar untuk menyekolahkan anak-anak kita di sana..? Jawabannya silakan mencari tahu di wilayah anda adakah sekolah yang berciri di atas. Karena sekolah terbaik haruslah juga terjangkau dan dekat dari rumah.

Jika sudah terlanjur memasukkan anak di sekolah yang ada atau sekolah negeri apa akhir segalanya…? Tentu tidak, yuk kita tambal kebutuhan belajar anak dari rumah. Demi menjadikan mereka Life Long Learner sejati. Sambil perlahan-lahan membuka dialog dengan sekolah dan menularkan virus positif ini. Get Smarter Everyday..!!

*Penulis adalah Guru SMPN 2 Kaliwungu, tinggal di Sarirejo

Menjalin Persahabatan di Hangatnya Malam


Persiapan Konferensi Anak Cabang ke-24 IPNU Kaliwungu

Malam yang tenang dalam keremangan sinar rembulan berpayung langit hitam, para aktivis PAC IPNU Kec. Kaliwungu yang tergabung dalam kepanitiaan Konferensi Anak Cabang IPNU Kec. Kaliwungu Ke-24, tengah sibuk berdiskusi dan berdialog untuk merumuskan materi-materi yang akan disampaikan dalam gelaran akbar konferensi tersebut.

Tim perumus yang merupakan kolaborasi dari pengurus harian PAC IPNU Kaliwungu dengan para Pembina yang telah ditunjuk sebagai Steering Committee (SC/Panitia pengarah) dalam kepanitiaan konferensi begitu menikmati suasana malam yang penuh keakraban dan persahabatan tersebut. Walau mereka berbeda argumen dalam tiap-tiap point materi yang disampaikan, tapi canda gurau dan gelak tawa tak pernah hilang dalam forum malam itu. 

Acara yang dilaksanakan Jum’at malam 7 Mei 2011 bertempat di rumah rekan Suselo kampung Blandong desa Kutoharjo dan diramaikan dengan sajian bakaran ikan laut itu begitu mengumbar rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Rekan Ali Nurruddin sebagai koordinator SC sangat demokratis dalam menerima segala masukan teman-teman dan bijak dalam memutuskan kesepakatan demi kebaikan dan kemajuan organisasi kebanggaan kita yakni PAC IPNU Kec. Kaliwungu.

Acara yang berlangsung hingga tengah malam itu telah memutuskan beberapa poin penting yang tersusun dalam rancangan tata tertib konferensi dan rancangan komisi-komisi yang terdiri dari komisi organisasi dan administrasi, komisi pokok program kerja, dan komisi rekomendasi. “acara malam ini begitu hangat dan berkesan juga sejenak mengusir penat kita dari segala kegundahan dan keluh kesah akan organisasi". Ujar rekan Zaenal Uhudin sebagai bentuk kehangatan jiwa di dekapan hangatnya keakraban malam itu. (Atfal)

LANGKAH


         
: untuk putriku

bismillah
langkahkan kakimu nak
ke cahaya itu
cahaya yang benderang
yang tak menyilaukan itu

langkahkan nak
setapak demi setapak
menapaki tangga-tangga suci
pegang erat
jangan sekali-kali kau lena

anakku
ambil impian indahmu

anakku
engkaulah
mutiara ...
biola ...
dan puisiku ...


kaliwungu, 20 juni 2010


by : bahrul ulum a. malik
email : langitkendal@gmail.com

Kami Duduk Bersama


by: Irfan Ghandi
design worker , photography hobbyist, painter, mac user and god worshiper
Cair, suasananya begitu cair, di hadapan meja dan hidangan jamuan kami larut dalam tawa. Kami yang memilih untuk menepi dari silaunya dunia, dari sesaknya sekat-sekat yang tercipta atas nama kebencian, Kami yang terlahir berbeda namun tunduk pada kasih, kasih yang mengajarkan kami untuk mencintai warna, dan tak memperdulikan nama. Kasih yang menuntun kami untuk berjabatan tangan dan saling berbicara, duduk bersama dan tak menghiraukan tatapan dan cibiran.
Janggut kami sama panjang dan lebatnya,pakaian kami sama sama hitam tapi apa yang kami kenakan di kepala kami adalah berbeda, Matis mengenakan kipah, Jonah mengenakan jubah yang membalut badan hingga kepalanya, serta kalung salib yang melingkari lehernya, sementara aku mengenakan turban dan peci yang melengkung dan mengerucut. Kami bukanlah sejawat sedari kecil,  kami dipertemukan oleh kasih dan mengasingkan diri dari stigma.
Matis adalah Yahudi kelahiran Jerusalem yang terusir dari negrinya, karena ia menentang zionisme dan membela warga arab, begitupun Jonas, ia adalah seorang Kristen Ortodox yang juga terusir dari Jerusalem karena hal yang sama, kami tak pernah canggung untuk menceritakan masa lalu kami, Matis dan Jonas selalu terpukau setiap aku memainkan Ney(seruling),  bagi mereka nada yang ku mainkan seperti sihir, dan aku selalu terpingkal saat menyaksikan mimik wajah mereka saat ku meniupkan ney, Aku tak pernah segan mengucapkan selamat natal kepada jonas, dan Matis tak pernah canggung mnegucap salam kepada ku. Shalom, Salam, Eloi, Elohim, Allah, itu cuma soal bahasa bagi kami, tapi bukan berarti kami mencampur adukan.
Bagi kami semua tanah adalah sama, dari Jerusalem ke makkah, dari Sungai Nil dan sungai missisipi, tak ada perbedaan bagi kami, semua adalah pemberian. Begitulah kami, yang dipersatukan di meja ini, yang tak menghiraukan nama , dan kami hanya berharap pada suatu hari, tak adalagi kebencian atas perbedaan, tak adalagi stigma, meskipun kami sadar, pertumpahan darah bisa saja terjadi, namun kami berharap semoga itu tak memusnahkan harapan kami. Hingga akhirnya Adzan dan Lonceng bisa kembali berdampingan, dan tak ada lagi tangis di Gazza.
-cangkir kosong-